Kamis, 24 Mei 2018

Kebo- Keboan Banyuwangi



KEBO-KEBOAN 

Kebo-keboan merupakan upacara ritual yang setiap tahun diadakan oleh masyarakat Banyuwangi suku Osing. Masyarakat suku Osing Banyuwangi mempunyai tradisi unik dalam rangkaian selamatan desa sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah sekaligus sebagai upacara bersih desa agar seluruh warga diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala marabahaya. Ritual yang rutin digelar setiap tahun sekali, tepatnya bulan Muharam atau Suro pada penanggalan Jawa, yang jatuh pada hari minggu antara tanggal 1 sampai 10 suro ini, dikenal warga setempat dengan Ritual Kebo-keboan. Konon tradisi ini sudah berlangsung sejak abad 18. Warga setempat meyakini, jika tidak dilakukan akan muncul musibah di desa mereka.




Kebo-keboan adalah bahasa daerah yang berarti kerbau jadi-jadian. Kerbau dipilih menjadi simbol karena merupakan hewan yang diakui sebagai mitra petani di sawah. Kerbau juga merupakan tumpuan mata pencaharian masyarakat desa yang mayoritas sebagai petani.

Dalam ritual Kebo-keboan, peserta yang bertubuh tambun berdandan layaknya kerbau (kebo) lengkap dengan tanduk buatan dan lonceng di lehernya serta melumuri tubuhnya dengan cairan hitam yang terbuat dari oli dan arang. Mereka juga menarik bajak mengeliling sepanjang jalan desa dengan di iringi dengan musik khas Banyuwangi, sebagai ritual sakral untuk meminta berkah keselamatan dan wujud bersih desa.
Di Banyuwangi, ritual Kebo-keboan telah menjadi tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh penduduk Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi dan Dusun Krajan, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar